Makala Pendidikan ( Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Perspektif Islam )

Baca Juga

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah

Berbagai masalah yang berhubungan dengan krisis karakter akhir-akhir ini banyak bermunculan, dari mulai korupsi yang semakin merajalela,  tingkat kriminalitas yang semakin tidak terkendali, pencurian, perampokan, pemerkosaan, serta kenakalan remaja  menjadi hal yang tidak aneh di lingkungan masyarakat. Sebagai bangsa yang memiliki mayoritas muslim terbesar sudah seharusnya kita merenungkan hal tersebut dan berusaha melakukan suatu perbaikan yang mampu memperbaiki akhlak serta menjadikan bangsa kita menjadi bangsa yang mampu menerapkan prinsip-prinsip islami dalam pendidikan.

Terdapat sejumlah alasan mengapa Islam memberi perhatian terhadap Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai berikut :

1. Islam datang keduania bukan dalam ruang yang hampa, melainkan dalam situasi yang kacau(chaos), yakni: sosial, ekonomi, politik, budaya, hukum dan sebagainya. Manusi pada saat itu tengah berada di Tepi jurang kehncuran. Situasi seperti ini dalam beberapa kasus, tampak terulang kembali, sehingga perlu ada solusi untuk mengatasi.

2. Islam datang untuk mengatasi maslah tersebut antara lain dengan straegi bukan pada cara mengatasi dampak atau akibatnya, melainkan pada akar maslahnya, yaitu dengan cara mendamaikan antara kekusaan, agama, ilmu pengetahuan, mitologi, tradisi dan hawa nafsu.

3. Fungsi dan peran islam dalam mengatasi masalah tersebut antara lain dengan cara meberikan hidayah, mengeluarkan manusia dari kesesatan dan kegelapan kedalam kelurusan dan kebenaran, memperbaiki mental, pola pikir dan mindset-nya

4. Untuk melaksanakan fungsinya yang demikian itu, islam menempuh cara yang evolutif dan persuasif.
Oleh karena itu, kita harus mampu memanfaatan masa peka tersebut dengan memberikan stimulus yang tepat dan positif sehingga anak memiliki filter dalam menjalani kehidupan di dunia. Pendidikan tersebut harus benar-benar dilaksanakan sebaik mungkin dengan berlandaskan pada Al-qur’an dan hadist. Pendidikan anak usia dini ini juga dianjurkan oleh Rasulullahh saw. dalam sabdanya yaitu “Utlubul ‘ilma minal Mahdi ilal lakhdi” yang maknanya tuntunlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahat, dengan demikian mendidik anak sejak dari kandungan sang ibu berkaitan erat dengan dasar ajaran agama islam.

B.    Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut.

1. Mengetahui pendidikan anak usia dini dalam perspektif islam

C.    Tujuan Makalah 

Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:

1. Mengetahui pendidikan anak usia dini dalam perspektif islam


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini Dalam perspektif Islam

Pendidikan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan yang harus dijalani oleh seluruh umat manusia, karena dalam agamapun kita diwajibkan untuk menuntut ilmu sampai akhir hayat. Konsep islam tentang pendidikan anak usia dini, bersifat sistematik, yaitu konsep yang didalamnya terkandung berbagai komponen: visi, misi, tujuan, dasar, prinsip,kurikulum, pendidik, strategi, pembiayaan, lingkungan, dan evaluasi yang antara satu komponen dan komponen lainnya saling berkaitan dan berhubungan secara fungsional.

1. Visi: 

Menjadikan pendidikan anak usia dini sebagai sarana yang paling efektif dan strategis dalam                   rangka menghasilkan sumber daya manusia yang terbina potensi bsyariah (fisik-jasmaninya), al-naasiyah   (sosial kemasyarakatan) secara utuh dan menyeluruh.

2. Misi: 

a. Menjadikan anak yang saleh dan salehah baik secara basyariyah, insaniyah, dan al-naasiyahnya.
b. Menjadikan sebagai yang membahagiakan dirinya, agamanya, orang tuanya, masyarakat, bangsa dan             negaranya. Dan bukan anak yang menjadi musuh dan bencana.
c. Menjadiakan anak yang beriman, bertakwa, beribadah dan berakhlak mulia.
d. Menumbuhkan, mengarahkan, membina dan membimbing seluruh potensi dan kecerdasan anak,                   intelektual, spiritual, spasial, kinestetis, sosial etika dan estetika.

3. Tujuan: 
       
Membentuk anak yang berima, berakhlak mulia, beramal saleh, berilmu pengetahuan dan                             berteknologi, berketerampilan dan berpengalaman, sehinnga ia menjadi orang yang mandiri, berguna             bagi dirinya, agamanya, orang tuanya,bangsa dan negara.

4.    Dasar: 

Al-Qur’an, Al-Sunnah, peraturan, dan ketetapan pemerintah, tradisi dan kebudayaan yang tidak       bertentangan dengan Al-Qur’an dan Al-sunnah.

5. Prinsip: 

Universal, holistik, integrated, seimbang, dinamis, adil, egaliter, manusiawi, unngul, berbasis              ilmu, dan riset, sesuai dengan fitrah, sesuai dengan perkembangan zaman, fleksibel, visioner, dan terbuka        yang dibangun atas dasar hubungan manusia dengan Allah (tauhid-visitranssendental) manusia dengan            manusia ( aklak-visi sosiologis) manusia dengan alam (visi kosmologis).

 6. Kurikulum: 

a.  Mengenal / mengimani Allah (akidah); 
b. Beribadah kepada Allah (ibadah); 
c. Berbuat baik kepada sesama manusia, alam raya dan makhlukAllah (akhlak);
d. Mengenal dan mampu memanfaatkan alam ciptaan Allah (ilmu pengetahuan dan keterampilan);
e. Mengenal bakat dan minat dan pengetahuan yang ada dalam dirinya. Hadis Rasulullah SAW. Yang               menganjurkan agar anak didik diajarkan berenang, memanah dan menunggang kuda, baik dalam arti             sesungguhnya ataupun kiasan. 

7. Strategi pembelajaran: 

a.     Berbasis pada psikologi anak sesuai dengan perkembangan usianya anak (usia 2-6 tahun). Pada                   masa ini, anak sudah dapat dididik baik fisik, intelektual, emosianal, bahasa, sosial, bermain, dan                   kepribadiannya yang harus di sesuaikan dengan perkembangan jiwanya. Untuk ini pengetahuan                     seperkembangan jiwanya. Untuk ini pengetahuan secara mendalam tentang psikologis anak mutlak                 diperlukan. 
b.      Berbasis pada pandangan bahwa anak masih dalam keadaan lemah, belum dapat menolong dirinya                sendiri, butuh perlindungan, kasih sayang, belum dapat bertanggung jawab, dan seterusnya. 
c.      Berbasis pada pandangan bahwa anak bukanlah manusia dewasa yang berbadan kecil, melainkan                  makhluk yang memiliki bakat, minat, kecenderungan dan lainnya yang belum tergali.
d.      Berbasis pada pandangan bahwa seorang anak lebih suka diperlakukan secara halus dan santun                    daripada dengan cara kasar. Rasulullah SAW pernah mengingat: berhati-hatilah terhadap anak-anak,             karena ia ibarat gelas yang mudah pecah. 
e.       Berbasis pada pandangan, bahwa anak-anak yang berada dalam usia dini adalah anak-anak yang                 berada dalam usia bermain dan rekreatif. 
f.       Strategi Islam dalam mendidik anak di usia dini dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung dan             tidak langsung.
8.    Metode, Pendekatan dan Model.

a.       Disesuaikan dengan visi, misi, tujan, dasar, prinsip, kurikulum dan straegi pembelajaran sebagaimana tersebut di atas. 
b.      Metode yang dapat digunakan antara lain: bermain, rekreatif, karyawisata, berkrmah, drama, sandirwara, bercerita, dongeng, pemberian contoh, bimbingan, peragaan, keteladanan, dan lainnya yang sesuai.
c.       Pendekatan yang dapt digunakan antara lain: pendekatan sosial, budaya, agama, seni, ilmu pengetahuan, dan sebagainya yang dilakukan dengan oendekatan (PAKEM) partisipasi, aktif, kreatif, efektif, menyenangkan, memotivasi dan lain sebagainya.
d.      Model yang dapt digunakan antara lain: model tematik, rihlah dan sebagainya.

9. Pendidik

Harus profesional, yaitu selain memiliki kompetensi akademik: bidang ilmu, keahlian, keterampilan yang akan diberikan kepada peserta didik, juga harus memiliki ompetensi penyampaian materi secara efektif (teaching and learning skill), kompetensi sosial dan kejiwaan; serta kompetensi kepribadian: kasih sayang, kelembutan, tanggung jawab, simpati, empati, cinta, pemaaf, sabar, pemaaf, melindungi, mengayomi, ikhlas, murah senyum, menarik, simpatik, humoris, telaten, bisa bercerita, teladan dan adil. Sifat-sifat yang demikian itu, pada umumnya dimiliki oleh seorang ibu atau kaum wanita. Itulah sebabnya ajaran Islam banyak memberikan perhatian tentang pentingnya seorang ibu yang shalehah, berilmu, dan cerdas. Nabi SAW. Pernah mengatakan, bahwa wanita itu sendinya Negara. Seorang ibu itu adalah tempat berlangsungnya pendidikan, jika engkau berhasil membina ibu yang baik, maka berarti engkau telah membina generasi muda baik pula. 

10. Sarana Prasarana dan pembiayaan

a.       Disesuaikan dengan perkembangan psikologis dan fisologis anak, yaitu bangunan gedung dengan desain yang menarik bagi anak-anak; bangku dan kursi yang disesuaikan dengan keadaan fisik anak; tata ruang dan warna cat yang disukai anak; gambar-gambar yang menarik minat anak; bangunan yang kokoh dan aman.
b.      Sarana prasarana pendidikan anak tidak terbatas pada sarana prasarana yang ada disekolah, melainkan juga ingkungan, alam, dan kehidupan sosial. 

11. Lingkungan

Pendidikan anak usia dini selain memperhatikan bakat, minat, dan fitrah yang di bawa sejak lahir oleh anak didik, juga dipengaruhi oleh lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat, serta bergantung kepada hidayah Allah SWT. Lingkungan pendidikan anak dalam Islam, tak ubahnya sama seperti bertani: yakni selain tersedia bibit yang unggul, tanah yang subur, cuaca yang baik, pupuk, pengairan, pemeliharaan dan cara penanamannya yang benar, juga bergantung kepada hidayah Allah SWT. 

12. Evaluasi

a.       Dilakukan sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, kognitif, motorik, dan emosional anak didik. 
b.      Dilakukan secara intergrated, yakni berbagai kemampuan tersebut dapat disatukan dalam sebuah penilaiaan. 


BAB II
KESIMPULAN

B.     Kesimpulan 

Konsep pendidikan anak usia dini menurut isam bertolak menurut pemahaman  yang utuh dan konferehensip tentang anak sebagai ciptaan Allah yang mulia dan memiliki berbagai keutamaan. Islam memandang bahwa sebagai keutamaan yang dimiliki anak ini amat tergantung kepada kemampuan orang tuanya dalam mendidik. Karena itu selain dapat menadi buah hati yang menyejukan, seorang anak juga dapat menjadi fitnah dan musuh. Sehubungan dengan itu Islam memiliki konsep dan strategi pendidikan anak usia dini yang sistemik dan holistik, dengan titik tekan pada keprofesionalan pendidik, proses belajar mengajar yang efektif, serta metode, pendekatan, dan strategi yang cerdas.

C. Saran

Kami sebagai penyusun menyadari bahwa pembuatan makalah ini, masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar dalam membuat makalah ini bisa lebih baik lagi. semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan khususnya bagi kami.









DAFTAR PUSTAKA

Abd al-Baqiy, Muhammad Fu’ad, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadz al-Qur’an al-Karim, (Beirut: Dar al-Fikr, 1407 H./1987 M.)
Abdullah, Abdurrahman Saleh, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an, (terj.) dari Educational theory a Qur’anic Outlook, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), cet.III
Abdurrahman, Jamaal, tahapan Mendidik Anak Teladan Rasulullah, (terj.) dari judul Athfal al-Muslimin, (Jakarta: irsyad Baitus Salam, 2005), cet.I
Abrasyi, Muhammad Athiyah, al-Tarbiyah al-Islamiyah wa Fulasifatuha, (Mesir: Isa al-Baby al-Halaby wa syurakauhu, 1339 H./1977), cet.I.
Ahmad al-Hasyim Bek, al-Sayyid, mukhtar al-Ahadits al-Nabawiyah, (al-Qahirah: Mathba’ah Hijaziy, 1367 H./1948 M.) cet. VII.