Baca Juga
"Syaratnya cuaca harus cerah dan jauh dari polusi cahaya," kata peneliti LAPAN, ujar pengamat matahari dan antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin kepada detikcom, Rabu (17/11/2010).
Waktu hujan meteor akan berlangsung mulai pukul 01.00-04.00 WIB. Menurut Thomas, meteor bisa terlihat dengan cara menengadahkan kepala ke arah langit utara 90 derajat.
"Meteor ini bisa terlihat di seluruh wilayah Indonesia. Di negara lain juga bisa," tambahnya.
Thomas menambahkan, meteor Leonid kerap terlihat setiap tahun. Namun, jumlahnya cenderung menurun. Pada rentang tahun 1998-2002, total meteor yang meluncur mencapai ribuan.
"Dulu bahkan sampai disebut badai leonid. Sekarang sedikit, 900 ribuan meter perjamnya," lanjut Thomas.
Hujan meteor Leonid terjadi karena Bumi melalui sisa-sisa debu komet tumpele-tuttle. Hujan meteor Leonid ini akan terulang setiap setahun sekali.
Pada bulan Desember, hujan meteor juga akan kembali terjadi. Meski kuantitasnya lebih sedikit, namun fenomena tersebut layak ditunggu.
Hujan meteor Leonid ini sebenarnya sangat bervariasi jumlah meteornya. Hal ini disebabkan ketebalan debu yang tidak seragam. Pada 1998-2002 bisa sampai ribuan meteor per jam, karena itulah saat itu disebut badai meteor.
Sedangkan pada Desember akan terjadi hujan meteor Geminid, di mana ada 20 meteor yang jatuh per jamnya. Fenomena ini terjadi di langit sedikit di arah utara pada dinihari. Puncaknya adalah pada 13-14 Desember.
Berbeda dengan hujan meteor lainnya, peristiwa ini lahir dari asteroid Phaeton 3200. Orbit Phaeton berbentuk elips seperti halnya komet yang mendekati matahari melebihi orbit planet Merkurius yang merupakan planet di galaksi Bimasakti yang terdekat dengan matahari. Asteroid ini tidak menghasilkan debu karena merupakan sisa debu dari komet yang sudah habis selubung esnya.
Hujan-hujan meteor itu tidak berbahaya, hanya menambah keindahan langit kalau terlihat. Fenomena ini bisa diperkirakan waktu dan arahnya. Yang berbahaya adalah meteor sporadis, yakni bila meteor yang jatuh ke bumi dalam ukuran besar.
"Meteor sporadis ini bervariasi ukurannya ada yang seukuran pasir seperti hujan meteor, tapi ada juga yang besar dan bila jatuh ke bumi bisa menimbulkan lubang seperti kawah. Meteor sporadis terjadi sewaktu-waktu karena merupakan batuan dari antariksa atau batuan antar planet," terang peraih gelar doktor dari Universitas Kyoto, Jepang, ini.
(Sumber http://detiknews.com)