Makanan Olahan Meningkatkan Resiko Sakit Ginjal

Baca Juga

Sebuah studi baru pun menyatakan konsumsi makanan olahan, terutama yang mengandung fosfor seperti makanan pesan antar atau cepat saji dapat meningkatkan risiko sakit ginjal. Hal  ini dikarenakan fosfor kerap ditambahkan dalam makanan olahan untuk menambah cita rasa dan sebagai bahan pengawet makanan tersebut

Ketua tim peneliti, Dr. Alex Chang dari Johns Hopkins University, Baltimore seperti dilansir Web MD, Selasa (5/11/2013), menambahkan bahwa secara alami kandungan fosfor yang tinggi juga seringkali ditemukan dalam susu, protein hewani dan protein nabati.

Dari pengamatan 500 orang dewasa yang mengalami obesitas, diketahui bahwa mereka yang lingkar pinggangnya berkurang dan membatasi konsumsi makanan yang mengandung fosfor dilaporkan mengalami penurunan kadar albuminuria yaitu protein tertentu dalam urin yang selama ini dikenal sebagai salah satu tanda awal penyakit ginjal.

Dalam waktu kurang enam bulan periode studi peserta yang  lingkar pinggang berkurang sebanyak 1,7 inci rata-rata juga mengalami pengurangan protein albuminuria dalam urine sebanyak 25 persen. Sedangkan pada partisipan yang mengalami pengurangan ekskresi fosfor sebanyak 314 miligram, protein albuminuria dalam urinenya juga berkurang hingga sebesar 11 persen.

Studi dari AS ini adalah yang pertama memastikan pengurangan lemak perut dan fosfor sebagai salah satu cara untuk mencegah sakit ginjal sejak dini. Ini memperkuat studi sebelumnya telah mengungkapkan hal   yang sama bahwa program penurunan berat badan bisa jadi memperlambat perkembangan penyakit ginjal. 


"Aturan praktisnya adalah jika makanan itu dikemas secara khusus maka dapat dipastikan makanan tersebut mengandung fosfor dalam kadar tinggi. Padahal zat aditif fosfor 90 persen diserap oleh tubuh," Hal ini dikemukakan oleh Dr. Joseph Vassalotti dari National Kidney Foundation.

Berikut makanan yang mengandung fosfor dengan kadar cukup tinggi:
- Makanan olahan seperti sereal, kola,  dan air minum yang diberi rasa tertentu
- Protein hewani seperti daging deli, daging organ dalam, tiram dan sarden
- Produk susu seperti keju, susu, krim, es krim dan yogurt
- Kacang-kacangan yang dikeringkan, kacang polong, kacang tanah dan biji-bijian, termasuk selai kacang dan selai kacang jenis lainnya, cokelat, baik berupa minuman maupun puding cokelat.

via.detik.com