Baca Juga
Dakwah Islam Dan Beberapa Metodenya
Kepada sahabat muslim, ketahuilah bahwa salah satu kewajiban umat Muslim adalah berdakwah yang dikenal dengan istilah sampaikanlah walau satu ayat. Sebagaimana oleh Sebagian ulama yang menyebut berdakwah itu hukumnya fardu kifayah (kewajiban kolektif), dan juga sebagian lainnya menyatakan fardu ain. Meski begitu, Rasulullah SAW selalu mengajarkan agar seorang Muslim selalu menyeru pada jalan kebaikan dengan cara-cara yang baik.
Sebagaimana Firman Allah SWT yang Berbunyi :
Sebagaimana Firman Allah SWT yang Berbunyi :
وَلْتكُنِ مِنْكُمْ اُمَّةُ يَدْعُوْنَ اِلَى الخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِهُوْنَ.
“ Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itu lah orang-orang yang beruntung “ (QS.Ali Imran :104)
Berdakwah berarti ( menyeru , mengajak dan memanggil orang lain untuk beriman dan taat kepada Allah SWT ), sesuai dengan garis akidah, syariat dan akhlak Islam.
Dari sisi bahasa, Dakwah merupakan masdar (kata benda) dari kata kerja da’a yad’u yang artinya (panggilan, seruan atau ajakan ).Kata dakwah sering dirangkaikan dengan kata “ ILMU ” dan kata “ ISLAM ”, sehingga menjadi “ ILMU DAKWAH ” dan Ilmu Islam” atau AD-DAKWAH AL-ISLAMIYAH. Orang yang berdakwah disebut DAI’ (juru dakwah), sedangkan obyek dakwah disebut MAD’U
Setiap dakwah hendaknya bertujuan untuk mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang dirhidoi oleh Allah SWT. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW mencontohkan dakwah kepada umatnya dengan berbagai cara melalui lisan, tulisan dan perbuatan.
Rasulullah SAW memulai dakwahnya dari istri, keluarga, dan teman-teman karibnya hingga raja-raja yang berkuasa pada saat itu. Di antara raja-raja yang mendapat surat atau risalah Nabi SAW adalah kaisar Heraklius dari Byzantium, Mukaukis dari Mesir, Kisra dari Persia (Iran) dan Raja Najasyi dari Habasyah (Ethiopia).
Beberapa cara atau metode berdakwah antara lain :
1. Dakwah fardiah.
Yakni metode dakwah yang dilakukan seseorang kepada orang lain (satu orang) atau kepada beberapa orang dalam jumlah yang kecil dan terbatas.
2. Dakwah amah.
Yakni jenis dakwah yang dilakukan oleh seseorang dengan media lisan atau pidato yang ditujukan kepada khalayak atau banyak orang dengan maksud menanamkan pengaruh kepada mereka.
Dalam berdakwah , metode dakwah atau cara berdakwah itu sangatlah penting agar mudah dimengerti dan di fahami oleh banyak orang atau orang yang mendengarkan dakwah tersebut.
Diantara sekian metode dan tatacara berdakwah, Al-Qur’an dan As-Sunnah sendiri telah mengajarkannya. Sebagaimana dalam ( QS. An-Nahl : 125 )
ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ [١٦:١٢٥]
“ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk “.
Ayat di atas diawali dengan kalimat perintah yang di tujukan kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengajak semua manusia kepada jalan yang lurus yakni dinul islam. Maka ayat ini juga menjadi pelajaran penting bagi seluruh umat muslim untuk menyampaikan dan mengajak orang lain agar menjadikan agama islam ini sebagai satu-satunya ajaran yang benar dan lurus untuk menuju hari esok nanti dalam kehidupan ini, yang telah mengatur apa yang wajib kita lakukan dan apa yang menjadi larangan untuk kita.
Ayat suci di atas juga menyiratkan metode dan tata cara berdakwah, diantaranya adalah :
1. Metode dakwah Bit thoriqil Hikmah yang artinya : berdakwah dengan kebijaksanaan.
Dijelaskan dalam tafsir Al-Muyassar dan tafsir Qur’nul Adim bahwa bit thoriqil hikmah adalah jalan lurus yang telah di berikan Allah kepada semua manusia yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Kemudian dijelaskan juga al-hikmah adalah hendalah bercakap-cakap dan berbicara dengan bahasa yang dimengerti oleh orang yang kita ajak untuk bicara.
Oleh karenanya bagi para dai atau penceramah atau penyeru, setiap ucapan dan perkataan yang dilontarkan haruslah berlandaskan Al-qur’an dan Sunnah, serta sikap dan tingkah lakunnya dalam berdakwah haruslah sesuai dan cocok dengan ajaran-ajaran Al-qur’an dan AS-Sunnah.Karena setiap ucapan, perkataan, sikap, dan tingkah laku seorang dai itu akan selalu di lihat untuk kemudian di jadikan contoh tauladan bagi mereka.
Termasuk penggunaan bahasa dalam berdakwah haruslah menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh yang di ajak bicara. Dengan pemahaman yang demikian, maka dakwah yang di sampaikan akan lebih berkesan dan insyaallah bisa berhasil dengan baik.
2. Metode dakwah Mauidhatil Khasanah artinya : Nasehat yang baik.
Didalam tafsir al-muyassar bahwa ( al-mauidah khasanah ) adalah memberi nasehat yang baik atau menyeru kepada kebaikan sehingga orang akan suka kepada kebaikan dan menjahui kejelekan. Sedangkan tafsir qur’anul adhim menjelaskan bahwa ( al-mauidah khasanah ) adalah memberi nasehat dengan menggunakan hati dan memahami konteks keadaan, agar mereka menjadi takut dengan siksaan Allah SWT dikemudian hari.
Seoarng Dai juga harus lihai dalam memahami psikologis orang yang diajaknya berbicara atau disebut dengan Mad’u agar apa yang akan disampaikan bisa dipertimbangkan terlebih dahulu sebelum disampaikan dengan kata lain menyeleksi setiap kalimat-kalimat mana yang baik untuk disampaikan dan mana yang tidak harus disampaikan sesuai dengan keadaan yang dihadapi.
Seoarng Dai juga harus lihai dalam memahami psikologis orang yang diajaknya berbicara atau disebut dengan Mad’u agar apa yang akan disampaikan bisa dipertimbangkan terlebih dahulu sebelum disampaikan dengan kata lain menyeleksi setiap kalimat-kalimat mana yang baik untuk disampaikan dan mana yang tidak harus disampaikan sesuai dengan keadaan yang dihadapi.
3. Metode dakwah Wajadilhum Bil Lati Hiya Ahsan yang artinya : Berdebat dengan cara yang baik.
Dijelaskan didalam tafsir al-muyassar ( wajadilhum bil lati hiya ahsan ) adalah berdebat dengan cara lemah lembut dan rasa kasih sayang. Sedangkan makna ( wajadilhum bil lati hiya ahsan ) dalam tafsir qur’anul adhim adalah jika ada orang yang berhujjah atau mengajak berdebat dan jika ingin melawannya hendaknya dengan raut wajah yang manis, sikap yang lembut, dan ucapan yang baik.
Nabi Muhammad SAW pun telah mengajarkan hal itu. Sebagaimana sabdanya yang berbunyi :
عَنْ اَبِيْ سَعِيْدِ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ قَالَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإيْمَانِ (روه المسلم(
Dari Abu Sa’id Al Khudri ra, ia berkata saya telah mendengar Rasulullah saw berabda:
“ Barang siapa diantara kalian yang melihat kemungkaran maka ubahlahkemungkaran tersebut dengan tangannya jika tidak mampu maka dengan lisanni, jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan itulah selemah selamahnya iman “. (HR.muslim).
Melalui sabda beliau diatas maka kita dapat mengambil suatu ibrah yang besar terkait dengan metode dakwah, diantaranya adalah :
• Metode dakwah Bil Lisan
Tugas pokok seorang dai adalah menyampaikan ajaran-ajaran islam, ini tentunya sangat dibantu dengan vocal lisan dalam menyampaikan pesan, karena seorang dai identik dengan ceramah, maka seorang dai harus cerdas dalam mengolah kalaimat agar menarik dan dapat di pahami, akan tetapi jangan gegabah dalam mengambil tindakan, hendaklah mengingatkan dengan ucapan atau perkataan yang lembut dan halus.
• Metode dakwah Bil Yadd
Yadd yang dimaksudkan disini adalah kekuasaan atau jabatan. Artinya seorang dai yang mempunyai kedudukan atau posisi di masyarakat dan berpendidikanyang tinggi itu lebih di segani dan di hormati oleh masyarakat, sehingga dalam dakwah akan lebih mudah dan gampang.
• Metode dakwah Bil Qolbi
Hal ketiga yang tidak kalah pentingnya bagi seorang dai adalah senantiasa berdoa untuk diri sendiri maupun untuk orang lain agar di berikan kemudahan dalam berdakwa dan bagi orang lain semoga senantiasa di berikan keteguhan dan petunjuk ke jalan yang lurus, dan untuk selanjutnya meninggalkan kemaksiatan dan bertaubat.
Allah Swt berikan karunia dan pahala besar bagi pelaku dakwah. Tersentuhnya hati bukanlah karena kelihaian kita berdakwah tetapi hanya Allah lah yang memberikan hidayah dan petunjuknya. Tak sepantasnya kita kecewa atau lupa diri ketika melihat hasil dakwah yang akan,sedang dan yang telah kita lakukan.
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ دَعَا اِلَى هُدًي كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثلُ أُجُوْرِ مَنْ تَبَعَهُ لَا ي(َنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ اُجُوْرِهِمْ شَيْئا وَمَنْ دَعَا اِلَى ضَلَالَةَ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثلُ آثَامِ مَنْ تَبَعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئا (روه مسلم
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: sesungguhnya Rasulullah saw bersabda:
“siapa saja yang mengajak kepada kepada kebenaran, maka ia memperoleh pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya tanpa dikurangi sedikitpun. Dan siapa saja yang mengajak kepada kesesatan, maka ia mendapat dosa seperti dosa orang yang mengerjakan tanpa dikurangi sedikitpun” (HR Muslim)
“ Terimakasih semoga bermanfaat “