Baca Juga
Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme
Berikut ini adalah artikel singkat yang akan membahas mengenai Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme yang diharapkan dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi kita semua dan menjadi wacana yang menarik untuk kita bahas, berikut ini ulasannya :
Para pelopor aliran rekonstruksionisme di antaranya ; George Count dan Harold Rugg, ( 1930 ) aliran ini adalah pandangan yang berusaha merombak tata susunan lama. Yang bermksud untuk membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Ide, gagasan gagasan mereka berkembang secara meluas sampai di pengaruhi oleh pandangan progresif; Dewey, dan hal ini, aliran rekonstruksionisme memiliki landasan pragmatisme. Pada prinsipnya aliran rekonstruksionisme sepaham dengan aliran parenialisme khususnya keprihatinan mereka kepada kehidupan manusia modern.
Kedua aliran tersebut memandang, jika kehidupan manusia modern adalah zaman ketika manusia hidup dalam kebudayaan yang terganggu, sakit, penuh kebingungan serta kesimpang siuran proses hidup. Rekonstruksionisme berpandangan bahwa pendidikan perlu merombak tata susunan lama dan berusaha membangun tata susunan baru untuk mencapai tujuan utama. Maka di butuhkanlah satu kerja sama antara umat manusia. Aliran ini, berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia dari segi kehancuran dan keruntuhannya merupakan tugas utama manusia untuk setiap bangsa. Olehnya itu perubahan kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat akan mampu membina kembali manusia kedalam tatanan yang lebih baik. melalui pendidikan yang tepat nilai dan norma norma yang benar usaha Ini bertujuan agar regenerasi ada ketertautannya dengan nilai kebudayaan yang dapat membentuk dunia baru yang sesuai dengan tuntutan kehidupan manusia modern.
Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme |
Gagasan mereka selalu menunjukkan kepedulian moral mereka pada situasi kehidupan yang tengah berlangsung.penyelenggaraan pendidikan dengan cara yang salah bukannya membangun bangsa yang lebih baik melainkan ditemukan kondisi manusia yang makin memburuk. Bahkan dunia sering di indentikkan dalam keadaan dunia yang krisis dan sekarat yang sedang menunggu saat-saat kehancuran. Pandangan ini semakin memperkuat pandangan rekonstruksionisme agar berusaha keluar dari sengketa kebudayaan lama dengan kebudayaan baru. Satu-satunya jalan, untuk keluar dari hal tersebut adalah dengan mengubah praktik pendidkan yang ada kedalam konstruksi baru dengan tujuan yang berorientasi kedepan.
Pandangan para rekonstruksionis memiliki banyak pemikiran. Mulai dari persoalan pertambahan penduduk yang tinggi , semakin meni[isnya sumberdaya alam yang dapat diperbaharui dan yang tidak dapat di perbaharui. Meningkatnhya kesenjangan ekonomi global yang tak menentu arah perbaikannya, baik dari teknologi maupun rekayasa industry , kebutuhan pokok, soal nuklir, rasisme, terorisme, nasionalisme, perilaku amoral.
Keseluruhannya akan mengancam kehidupan manusia dalam arti apa adanya. Masalah-masalah yang sangat mengerikanitu makin hari bukannya semakin menyusut melainkan semakin membesar dan berdampak problematikanya yang tak kunjung padam. Ketika itu, bangsa berada dalam tanda tanda kebangkrutan yang mengerikan dalam waktu yang berkepanjangan. Dalam kondisi yang seperti ini itulah Alvin Toffler ( 1970-an ) merspon ledakan pengetahuan serta teknologi yang sangat cepat dan ia mengemukakan dimensi teori pendidikan baru. Dengan karyanya yang berjudul : future shock ( kejutan masa depan ), dalam artikel ini menggambarkan tentang “ bagaimana tekanan dan disorientasi hebat yan di alami manusia “ jika terlalu banyak dibebani perubahan dalam waktu yang cukup singkat.
Menurutnya kejutan masa depan bukan lagi bahaya potensial yang masih memakan waktu yang lama,masih jauh. Melainkan,telah menjadi penyakit nyata yang dideritaoleh semakin banyak manusia. Kondisi psikologis – biologis ini dapat digambarkan dengan terminology medis dan psikiatri yang disebut dengan penyakit perubahan dan akibatnya sekolah sekolah kita menjadi limbung. Disatu sisi mereka terus dihadapkan pada kenyataan bahwa masa adalah hal yang tidak mungkin di tinggalkan,sedangkan di sisi lain hidup telah bergerak dengan kecepatan yang tak terbayangkan dan bahkan jarak antara Negara barat dan timur bisa dalam hitungan menit saja. Kaleborasi hidup dapat terjadi, sungguh mengejutkan , dengan tingkah laku teknologi yang ditawarkan kepada manusia. Hal itu sangat membingungkan ketika tak dapat di seimbangkan antara kebutuhan yang satu dengan yang lain, antara masalah yang satu dan yang lain . tanggung jawab manusia dan pendidikan mutlak diminta secara nyata. Olehnya itu pendidikan kedepan meski memperhatikan kepentingan untuk masa depan.
Kecenderungan system persekolahan kita cenderung sibuk mengurusi prinsip-prinsip yang tak ada lagi artinya ( mati ). Dan tidak menyibukkan diri mengurusi masyarakat baru yang sedang tumbuh. Keanehan akan melanda masyarakat ketika energy yang besar di pergunakan untuk mencetak manusia industrial yaitu : manusia yang di ciptakan untuk bisa hidup dalam system yang akan mati sebelum mereka eksis. Untuk mencegah kegagapan masa depan kita harus menciptakan sebuah system pendidikan super industrial. Maka dari itu, kita harus mencari tujuan tujuan pendidikan dan metode yang dapat di hadapkan kemasa depan dan bukan justru kemasa lalu.
Menurut George Knight, Toffler, telah menegaskan perlunya system pendidikan yang mampu melahirkan harapan akan hidup di masa depan.sehingga guru dan peserta didik mesti mengarahkan perhatian mereka bukan pada kenyatan hari ini . sebaliknya pada nilai dan tujuan masa depan yang hendal di raih. Pendidikan perlu mengkaji secara serius , sebagai modal social demokrasi. Potensi resistensi mereka, serta mampu mengembangkan konsep konsep terpadu yang memngkinkan melahirkan system pendidikan yang tepat . inilah yang banyak menginspirasi para rekonstruksionisme. Meskipun ia lebih kerap di kategorikan bukan sebagai seorang rekonstrusionis. Sebaliknya ia hanya seorang futuris. Dalam perbedaaan itulah , Toffler tidak memiliki keyakinan yang sama dengan para rekonstruksionis. Termasuk dengan optimismenya pada pendidikan yang sama sekali , berbeda dengan rekonstruksionisme yang meyakini bahwa perubahan bisa dimulai dari pendidikan.
Toffler ; justru hanya memandang bahwa pendidikan hanya memberikan bekal kepada masyarakat dunia untuk merespon perubahan hidup yang ada sehingga mereka bisa membuat pilihan-pilihan hidup yang cerdas. Dalam pemukiran ini para futuris banyak melakukan pengkajian tentang; situasi social yang ada mulai dari tatanan ekonomi , politik , social sampai pada hal –hal yang dapat bersinggungan langsung dengan masalah pendidikan anak bangsa.
Sehubungan dengan kegelisahan para futuris, sangatlah berfaedah ketika kita sadar akan besarnya implikasi teknologi yang melanda kehidupan manusia. Itu bukan hayalan lagi nyata di depan manusia dengan berbagai fenomena yang mengerikan. Manusia tidak dapat lagi membendung kekeliruannya mulai dari keluarga sampai ke masyarakat luas. Berbagai rentetan masalah social ,ekonomi, criminal, psikologi,tak henti hentinya ia tampil sebagai wajah dunia yang baru dalam media modern harta, nyawa, pangkat etika pikiran, semua serba sakit yang belum mampu disembuhkan. Semantara pendidikan hanya sebagai Wayang Alternatifnya. Sekiranya pendidikan dan pendidik peduli dengan kondisi ini dan tentulah banyak pihak yang harus memberi masukan untuk sebuah perubahan yang positif dan bukan perubahan yang sebaliknya ( negative )
Demikian dan terimakasih atas segala perhatian anda dan semaga kesuksesan selalu menyertai anda serta dapat mencapai tujuan anda dengan segenap usaha yang dilakukan aminn..
Demikian dan terimakasih atas segala perhatian anda dan semaga kesuksesan selalu menyertai anda serta dapat mencapai tujuan anda dengan segenap usaha yang dilakukan aminn..