Baca Juga
Dulu, saya mempunyai seorang guru Bahasa Inggris asli di Riyadh, saya bertanya kepada beliau tentang bagaimana dia masuk islam dan dimana dia masuk Islam, apakah ketika di Arab Saudi atau di Amerika?
Beliau memberitahu saya kalau dia masuk Islam di Amerika, kemudia datang kesini (Riyadh), beliau juga memberitahukan tentang Islam kepada ibunya, dan ibunya pun memeluk Islam.
Beliau bercerita ketika masih berada di Amerika bersama dengan ibunya, bahwa kami biasa shalat di masjid King Fahad, di Los Angeles. Sebuah masjid besar dibawah pengawasan kedutaan Arab Saudi.
Beliau bercerita bahwa ibunya sering kali melaksanakan shalat disana, dan kadang ada seorang wanita Amerika yang kerap kali datang pada saat shalat Maghrib atau Isya.
Wanita tersebut seringkali menengok pada jamaah lainya ketika shalat untuk sekedar meniru gerakan yang dilakukan orang lain ketika shalat. Dan jelas sekali bahwa wanita tersebut tidak tahu caranya shalat.
"Mungkin dia baru masuk Islam dan tidak tahu caranya shalat," fikirnya.
Ibuku seringkali melihat wanita tersebut datang sekali atau dua kali dalam seminggu.
Dan pada suatu hari, ibuku menghampiri wanita tersebut dan bertanya,
"Apakah engkau seorang muslim?"
Kemudian wanita itu menjawab, "aku bukan muslim."
"Kalau begitu kenapa engkau datang ke masjid? Apakah engkau mau masuk Islam?", tanya ibuku.
"Tidak, aku tidak mau masuk Islam", jawab wanita tersebut.
"Kalau begitu, kenapa engkau kesini?", tanya nya lagi.
Kemudian wanita tersebut bercerita, "aku mengalami depresi dan selalu merasa gelisah,
aku pun sudah mencoba berobat dan berkonsultasi, tapi tidak memberikan pengaruh apapun..."
Tidak berhenti sampai disitu, orang-orang pun menyarankanku untuk memeluk suatu agama.
Kemudian aku mencoba mengunjungi beberapa tempat peribadatan dan beribadah sesuai dengan cara yang dilakukan oleh mereka. Namun, depresi dan perasaan gelisahku ini tidak berkurang sedikitpun.
Dan pada akhirnya, hanyalah Islam satu-satunya agama dan tempat ibadah yang belum ku kunjungi. Aku selalu datang ke masjid pada malam hari. Karena pada siang hari, tidak dinyanyikan dengan keras. Aku datang kesini karena aku suka dengan 'nyanyian' yang di nyanyikan oleh sang pendeta.
Ibuku menanggapi cerita wanita tersebut dan memberitahunya bahwa, pendeta itu disebut Imam dalam Islam, dan apa yang di nyanyikan olehnya bukanlah sebuah nyanyian atau puisi yang dibuatnya, melainkan itu adalah bacaan Al-Quran, itu adalah kalimat-kalimat Allah SWT. Anda dapat membaca itu (Quran) sendiri dan mendengarkanya, carilah di Internet. Carilah (ini dan ini) maka engkau akan mendapati bacaan Al-Quran yang indah.
Kemudian, ibuku bertanya lagi, "Apa perasaanmu saat mengikuti shalat?"
Wanita itu berkata, "ketika aku melakukan sebagaimana yang anda lakukan....
dan mendengarkan kata-kata itu... semua depresiku hilang."
Aku merasa bahagia karenanya, walaupun dalam tiga atau empat hari kemudian depresiku kembali lagi.
Di saat itu juga aku datang lagi ke masjid untuk melakukanya lagi dan kembali merasakan hal yang sama, merasa baik lagi untuk tiga atau empat hari...
Lalu ibuku menjelaskan tentang Islam kepada wanita tersebut...
Saya tidak tahu, apakah wanita itu masuk Islam atau tidak. Tapi yang paling penting adalah, wanita ini bahkan bukan seorang Muslim, tapi dia merasa damai dan nyaman bilamana ia melakukan Shalat.
Lalu, bagaimanakah dengan kita sebagai seorang muslim?
Apakah kita pernah merasakan sekali saja apa yang dirasakan wanita tersebut ketika melakukan shalat?