Baca Juga
Sekarang banyak suplemen ditawarkan untuk anak balita. Sesungguhnya
perlukah setiap balita diberi suplemen dan kapan seorang balita
memerlukannya? Suplemen artinya pelengkap bila tubuh dinilai
kekurangan suatu unsur zat gizi. Sebuah suplemen bisa berupa vitamin,
elemen-mineral, atau zat gizi lain seperti asam lemak, asam amino, dan
zat esensial lain misalnya serat. Termasuk di dalamnya bahan
berkhasiat, yang biasanya berasal dari alam.
Anak dinilai kekurangan suplemen apabila:
menu harian kurang lengkap, atau kurang luas selera makannya;
anak mengidap gangguan pencernaan;
anak mengalami gangguan penyerapan zat gizi tertentu;
kebutuhan suatu zat gizi anak sedang meninggi;
anak kehilangan zat gizi yang berlebihan.
Jadi anak yang kurang porsi makannya, atau terbatas pilihan menu
hariannya, merupakan alamat yang tepat untuk diberi suplemen.
Bila sejak bayi anak sering diare, kemungkinan sudah terjadi kerusakan
pada sel-sel ususnya, kemudian terjadi gangguan penyerapan zat gizi.
Kendati menu hariannya memadai, tetap saja terancam kekurangan zat
gizi karena penyerapan nutrisi tidak optimum. Bisa terjadi juga bila
sejak lahir anak mengalami gangguan enzim pencernaan dan atau gangguan
metabolisme bawaan (inborn error metabolism), sehingga tak sempurna
penyerapan semua zat gizinya dari makanannya.
Bila porsi asupan zat gizi anak tak sesuai dengan laju pertumbuhan
(umurnya), anak juga memerlukan tambahan suplemen, terlebih bila menu
hariannya kurang. Demikian pula bila anak sedang sakit berat, sakit
menahun, atau mengidap penyakit ginjal, hati, kelenjar ludah perut,
sehingga metabolisme vitaminnya pun ikut tidak sempurna, sama
membutuhkan suplemen juga.
Anak yang kurang asupan lemak dalam menu hariannya juga berisiko
kekurangan semua golongan vitamin yang larut dalam lemak (A,D,E,dan
K), maka perlu suplemen untuk mengoreksinya.
Anak dengan penyakit infeksi memerlukan suplemen juga. Anak yang
kekurangan vitamin lebih rentan terhadap infeksi. Dan anak yang sudah
terinfeksi memperburuk infeksinya bila kekurangan
vitamin-mineral-elemen, khususnya vitamin A, B6, dan C serta mineral
seng, besi, selenium.
Anak yang sedang mengidap penyakit campak, diare, dan TBC paru-paru
memerlukan suplemen untuk membantu proses kesembuhannya.
Adakalanya bertambahnya porsi makan zat tepung
(nasi,roti,kentang,ubi,mi) perlu diiringi dengan ekstra vitamin B1
agar sempurna metabolismenya. Demikian pula bila porsi menu protein
meninggi asupan vitamin B6 perlu ditambah; vitamin E dan C perlu
ekstra lebih bila porsi asam lemak (tak jenuh) meningkat.
Anak yang sering, mengonsumsi antibiotika terlebih untuk waktu lama,
memerlukan ekstra vitamin K, lantaran flora ususnya sudah dirusak oleh
antibiotika sehingga produksi vitamin K alaminya sudah merosot. Untuk
itu tambahan prebiotik dan probiotik diperlukan juga agar flora
ususnya kembali normal.
Tubuh manusia dibangun oleh susunan 11 elemen mineral, dan sekitar 25
mineral kelumit (trace elements). Sepuluh dari elemen kelumit
tergolong esensial, yang berarti tidak boleh tidak ada dalam menu
harian bila tak ingin kekurangan.
Sama halnya dengan anak yang berisiko kekurangan vitamin, anak yang
sama sekaligus bisa kekurangan sejumlah mineral dan elemen kelumit;
bila kekurangan berarti terancam semua gangguan metabolisme yang
membutuhkan enzim-enzim, hormon, dan elektrolit.
Untuk kecukupan mineral dan elemen kelumit, menu harian harus serba
lengkap dan cukup jenis serta jumlahnya. Semakin beragam jenis menu
harian, semakin kecil kemungkinan anak kekurangan mineral-elemen
kelumit. Semakin lebar selera terhadap aneka menu harian, semakin
kecil kemungkinan anak kekurangan zat gizi esensial.
Anak yang menunya cenderung "monodiet", dan sempit variasi menu
hariannya, cenderung berisiko kekurangan bukan saja mineral dan elemen
kelumit, melainkan juga sejumlah vitamin. Kita tahu bahwa semua sumber
vitamin-meneral-elemen diperoleh tubuh dari bahan makanan alam.
Termasuk yang kini banyak dipasarkan dan berasal dari tanaman,
simplicia, yang mengklaim sebagai bahan berkhasiat (ganggang, jamur,
bunga, daun, umbi-umbian, bebijian).
Sebagaimana halnya vitamin, tidak semua aman dikonsumsi secara
berlebihan (megadosis). Golongan vitamin yang larut dalam lemak, yakni
vitamin A,D,E, dan K, tak boleh dikonsumsi berlebihan kalau tidak
ingin berkomplikasi buruk. Artinya bila sudah cukup dari susu dan menu
harian, tak lagi perlu ekstra.
Mineral-elemen pun demikian. Maka sebaiknya perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium darah dan atau "hair analysis" terlebih dulu
guna memastikan tubuh seorang anak tengah kekurangan (dan atau
kelebihan) vitamin-mineral-elemen apa sajakah. Dari situ baru bisa
ditentukan suplemen apa yang diperlukan, dan belum tentu semua
suplemen perlu ditambahkan.
perlukah setiap balita diberi suplemen dan kapan seorang balita
memerlukannya? Suplemen artinya pelengkap bila tubuh dinilai
kekurangan suatu unsur zat gizi. Sebuah suplemen bisa berupa vitamin,
elemen-mineral, atau zat gizi lain seperti asam lemak, asam amino, dan
zat esensial lain misalnya serat. Termasuk di dalamnya bahan
berkhasiat, yang biasanya berasal dari alam.
Anak dinilai kekurangan suplemen apabila:
menu harian kurang lengkap, atau kurang luas selera makannya;
anak mengidap gangguan pencernaan;
anak mengalami gangguan penyerapan zat gizi tertentu;
kebutuhan suatu zat gizi anak sedang meninggi;
anak kehilangan zat gizi yang berlebihan.
Jadi anak yang kurang porsi makannya, atau terbatas pilihan menu
hariannya, merupakan alamat yang tepat untuk diberi suplemen.
Bila sejak bayi anak sering diare, kemungkinan sudah terjadi kerusakan
pada sel-sel ususnya, kemudian terjadi gangguan penyerapan zat gizi.
Kendati menu hariannya memadai, tetap saja terancam kekurangan zat
gizi karena penyerapan nutrisi tidak optimum. Bisa terjadi juga bila
sejak lahir anak mengalami gangguan enzim pencernaan dan atau gangguan
metabolisme bawaan (inborn error metabolism), sehingga tak sempurna
penyerapan semua zat gizinya dari makanannya.
Bila porsi asupan zat gizi anak tak sesuai dengan laju pertumbuhan
(umurnya), anak juga memerlukan tambahan suplemen, terlebih bila menu
hariannya kurang. Demikian pula bila anak sedang sakit berat, sakit
menahun, atau mengidap penyakit ginjal, hati, kelenjar ludah perut,
sehingga metabolisme vitaminnya pun ikut tidak sempurna, sama
membutuhkan suplemen juga.
Anak yang kurang asupan lemak dalam menu hariannya juga berisiko
kekurangan semua golongan vitamin yang larut dalam lemak (A,D,E,dan
K), maka perlu suplemen untuk mengoreksinya.
Anak dengan penyakit infeksi memerlukan suplemen juga. Anak yang
kekurangan vitamin lebih rentan terhadap infeksi. Dan anak yang sudah
terinfeksi memperburuk infeksinya bila kekurangan
vitamin-mineral-elemen, khususnya vitamin A, B6, dan C serta mineral
seng, besi, selenium.
Anak yang sedang mengidap penyakit campak, diare, dan TBC paru-paru
memerlukan suplemen untuk membantu proses kesembuhannya.
Adakalanya bertambahnya porsi makan zat tepung
(nasi,roti,kentang,ubi,mi) perlu diiringi dengan ekstra vitamin B1
agar sempurna metabolismenya. Demikian pula bila porsi menu protein
meninggi asupan vitamin B6 perlu ditambah; vitamin E dan C perlu
ekstra lebih bila porsi asam lemak (tak jenuh) meningkat.
Anak yang sering, mengonsumsi antibiotika terlebih untuk waktu lama,
memerlukan ekstra vitamin K, lantaran flora ususnya sudah dirusak oleh
antibiotika sehingga produksi vitamin K alaminya sudah merosot. Untuk
itu tambahan prebiotik dan probiotik diperlukan juga agar flora
ususnya kembali normal.
Tubuh manusia dibangun oleh susunan 11 elemen mineral, dan sekitar 25
mineral kelumit (trace elements). Sepuluh dari elemen kelumit
tergolong esensial, yang berarti tidak boleh tidak ada dalam menu
harian bila tak ingin kekurangan.
Sama halnya dengan anak yang berisiko kekurangan vitamin, anak yang
sama sekaligus bisa kekurangan sejumlah mineral dan elemen kelumit;
bila kekurangan berarti terancam semua gangguan metabolisme yang
membutuhkan enzim-enzim, hormon, dan elektrolit.
Untuk kecukupan mineral dan elemen kelumit, menu harian harus serba
lengkap dan cukup jenis serta jumlahnya. Semakin beragam jenis menu
harian, semakin kecil kemungkinan anak kekurangan mineral-elemen
kelumit. Semakin lebar selera terhadap aneka menu harian, semakin
kecil kemungkinan anak kekurangan zat gizi esensial.
Anak yang menunya cenderung "monodiet", dan sempit variasi menu
hariannya, cenderung berisiko kekurangan bukan saja mineral dan elemen
kelumit, melainkan juga sejumlah vitamin. Kita tahu bahwa semua sumber
vitamin-meneral-elemen diperoleh tubuh dari bahan makanan alam.
Termasuk yang kini banyak dipasarkan dan berasal dari tanaman,
simplicia, yang mengklaim sebagai bahan berkhasiat (ganggang, jamur,
bunga, daun, umbi-umbian, bebijian).
Sebagaimana halnya vitamin, tidak semua aman dikonsumsi secara
berlebihan (megadosis). Golongan vitamin yang larut dalam lemak, yakni
vitamin A,D,E, dan K, tak boleh dikonsumsi berlebihan kalau tidak
ingin berkomplikasi buruk. Artinya bila sudah cukup dari susu dan menu
harian, tak lagi perlu ekstra.
Mineral-elemen pun demikian. Maka sebaiknya perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium darah dan atau "hair analysis" terlebih dulu
guna memastikan tubuh seorang anak tengah kekurangan (dan atau
kelebihan) vitamin-mineral-elemen apa sajakah. Dari situ baru bisa
ditentukan suplemen apa yang diperlukan, dan belum tentu semua
suplemen perlu ditambahkan.