Terkadang selingkuh datang seperti air mengalir, tak pernah terbayangkan sebelumnya dan datang begitu saja. Anda yang belum pernah selingkuh mungkin tidak menganggap demikian. Namun, bila tak percaya, perhatikan kutipan pengakuan seseorang pria berikut ini :
"Perselingkuhan yang pernah kami lalui semua terjadi begitu saja tanpa pernah terniatkan dan tak disadari bagaimana bisa terjadi."
"Kami kenal sudah lama, tetapi hampir tak pernah berjumpa. Tetapi satu hari dia datang, saya melihat dia menyimpan rasa rindu sangat dalam. Sejak itu dia selalu telepon dan jadi sangat care. Saya tersanjung dan terbujuk sehingga selalu curhat, dan lama-lama sering kangen padanya. Semua berjalan lancar, sehingga pertemuan demi pertemuan dijadwalkan"
"Semua terasa sangat indah, saya bak seorang remaja putri yang tengah jatuh cinta. Ada kerinduan, ada rasa cemburu, ada gairah untuk selalu tampil prima. Sayangnya, ia tidak cukup puas hanya ngobrol seperti pada pertemuan-pertemuan awal. Pada pertemuan berikutnya, dia ingin bermesraan seperti mencium dan memeluk. "
"Saya tidak mau, karena itu terlalu jauh. Saya sayang padanya, tetapi tak berani melanggar hal-hal yang dilarang oleh agama. Karena itu ia menuding saya tidak sungguh-sungguh menyayangi dia. Hmm ..."
"Kini perselingkuhan kami sudah usai, karena saya yakin dia telah menemukan pria yang mampu menjadi seperti yang dia pinta --muda, menantang, menggairahkan, dan mau dicumbu."
"Berakhirnya perselingkuhan tidak berarti mengakhiri persahabatan. Saya tak peduli bagaimana muaknya dia pada saya, yang jelas saya tetap menyayangi dia. Saya punya keyakinan, rasa sayang terhadapnya datang tanpa diniatkan. Tuhan tentu punya maksud sendiri di balik itu, sehingga saya berniat menjaga perasaan itu dengan baik."
Sebenarnya, apa yang dimaksudkan dengan perselingkuhan? Yang dimaksud berselingkuh adalah perbuatan yang dianggap menyimpang dari kesepakatan bersama, dan dilakukan tanpa sepengetahuan pihak lain. Mungkin itu dapat memberikan gambaran garis besar terhadap perbuatan yang sebagian besar pelakunya mungkin tidak menganggapnya sebagai perbuatan menyelingkuhi pasangan.
Kasus perselingkuhan, memang ibarat makanan basi. Walaupun dibungkus rapi, suatu saat akan mengeluarkan aroma tak sedap. Contohnya yang dialami Wina (bukan nama sebenarnya-red) (63), misalnya. Selama 40 tahun mendampingi Rahmat, mantan pramugari salah satu maskapai penerbangan, seorang figur suami dan ayah ideal yang setia dan mencintai keluarga. Rumah tangga mereka membuahkan enam orang anak dan 11 cucu. Sayang, dua tahun lalu Rahmat meninggal dunia karena serangan jantung.
Suatu pagi, saat menyuapi cucu, seorang pemuda mengetuk pintu pagar. Karena mengonfirmasi alamat Pak Rahmat, ia dipersilakan masuk dan duduk di teras. Wina terheran-heran mendengar kisah si pemuda asal Malaysia yang mengaku telab bertahun-tahun mencari ayahnya. Ia yakin ayahnya masih hidup, meski sejak kecil ibu dan keluarganya bilang, sang ayah sudah meninggal. Si pemuda lantas mengeluarkan sebuah foto. Foto seorang ayah sedang menggendong bayi. Foto itu, ternyata, foto Rahmat!
Wina hampir pingsan. Tampaknya, ketika bertugas setahun di negeri jiran, suaminya yang baik hati itu berselingkuh, hingga punya anak. Untunglah, nenek bijak itu cepat menguasai diri. Ia bahkan mengantarkan anak tirinya itu berziarah ke makam Rahmat. Ketabahan hatinya memang patut dipuji. Meski ceritanya mungkin akan berbeda, jika Broto masih hidup.
Jalan menuju perselingkuhan Adalah hal yang wajar, jika pada suatu saat pasangan mengetahui pasangannya berselingkuh, umumnya reaksi suami atau istri pasti frustasi atau kecewa berat. Sebab, faktor kepercayaan yang paling utama dalam hubungan dua orang suami atau istri telah dilanggar.
Rata-rata mereka yang tersakiti akan bertingkah laku agresif. Artinya, menyatakan kekecewaan dengan menyerang dan menyakiti fisik atau perasaan orang lain, baik secara verbal maupun nonverbal.
Tingkah laku agresif verbal misalnya mengucapkan kata-kata yang langsung menyakiti atau lewat sindiran-sindiran pedas. Sementara tingkah laku nonverbal antara lain berbentuk penyerangan fisik, ngambek, mogok bicara, mogok berfungsi sebagai istri atan suami, dan sejenisnya.
Selain itu, orang yang frustasi bisa menampilkan tingkah laku blocking dalam bentuk depresi atau murung, sedih yang berkepanjangan. Yang jarang terjadi, si pasangan bertingkah laku adaptif rasional, yaitu tanpa emosi negatif yang berlebihan seperti marah, murung, jengkel, dan lain-lain. Ia berusaha memahami mengapa pasangannya melakukan perselingkuhan. Lalu mencari alternatif pemecahannya.
Sedangkan pihak yang berselingkuh, setelah perbuatannya diketahui pasangan, biasanya langsung bereaksi defensif. Pertama-tama ia akan dengan keras tidak mengakui perbuatannya. Dengan berbagai dalih mempertahankan diri, tak mungkin dirinya berselingkuh. Namun, setelah disajikan bukti-bukti nyata, ia akan menyerang balik dengan menyalahkan pasangannya sebagai penyebab perselingkuhan. Misalnya, menyalahkan sikap dan perbuatan pasangannya yang begini dan begitu.
Bila suami yang berselingkuh, ia akan kebingungan dan stres berkepanjangan. Hal ini karena rasa tanggungjawabnya. Dia tak bisa meninggalkan istri dan anak-anaknya, juga sulit melepas WIL-nya. Kecuali salah satu dari mereka, istrinya atau WIL-nya, ngotot untuk berpisah. Sebaliknya, bila istri yang berselingkuh, ada yang sampai tega meninggalkan keluarganya.
Hal ini dapat dipahami, karena dalam hal bercinta, perempuan menganut penyerahan total. Meski memang ada pula pihak istri peselingkuh yang kembali pada suami dan anak-anaknya. Pada dasarnya faktor penyebab yang mendorong pria melakukan hubungan seksual dengan wanita lain, sama saja dengan faktor yang mendorong wanita melakukan hubungan seksual dengan pria lain. Ada beberapa faktor penyebab. Pertama, tidak mendapat kepuasan seksual dari pasangannya. Kedua, tidak mendapat apa yang diinginkan yang berkaitan dengan aktivitas seksual. Ketiga, pasangan tidak di tempat atau kesepian. Keempat, jemu dengan pasangan. Kelima, ingin mencoba dengan orang lain.
Jadi, kalau di pihak pria dapat terjadi hubungan seksual dengan wanita lain, di pihak wanita pun dapat terjadi hubungan seksual dengan pria lain. Dulu memang pria saja yang dianggap mau dan dapat melakukan hubungan seksual dengan wanita lain, sedangkan wanita dianggap tidak mau.
Anggapan masa lalu itu tampaknya lebih dipengaruhi oleh anggapan salah yang menempatkan wanita hanya sebagai makhluk aseksual dan sebagai objek seksual pria. Selain itu, memang ada restriksi atau pembatasan bagi wanita, khususnya yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi kehamilan. Namun, dengan beredarnya kontrasepsi, salah satu restriksi itu tidak ada lagi.
Kenapa Pria Selingkuh? Karena memang pembahasan ini dilakukan untuk kanal CyberMan, maka akan lebih dibahas pertanyaan seputar mengapa pria melakukan perselingkuhan? Memang selalu ada kilah yang bisa dimanfaatkan pria untuk menjelaskan perselingkuhan mereka. Di antaranya dengan mengutip penjelasan psikiatris Dr. Raj Persuad dari Australia.
Katanya, pria berselingkuh tidak untuk menikmati seks yang lebih menggebu-gebu dengan wanita yang lebih muda, lebih langsing, dan lebih aduhai. Percaya? Mungkin saja bukan?
Namun, adalah sebuah keajaiban yang disodorkan oleh analisa sebuah survey. Bahwa pria melakukan perselingkuhan tidak semata karena seks! Sebuah survei di majalah Playboy mendapati, tidak ada kaitan antara kualitas seks dalam perkawinan dengan setia tidaknya seorang pria. Alasan sesungguhnya mengapa pria menyeleweng adalah kurangnya keintiman emosi dan merasa kurang dicinta atau kurang memiliki rasa gembira. Ditambahkan pula, menurut riset, ada empat wilayah pada benak pria yang sangat mungkin disalah mengerti oleh wanita sehingga, tanpa disadari, akan menempatkan perkawinan mereka dalam risiko.
Artikel dalam GoodMedicine, mengatakan bahawa keempat wilayah itu adalah: Stres Berat Pria berselingkuh bukanlah karena oversex, tetapi overstress. Begitu kata Dr. Persuad. Maksudnya. bila wanita bertemu teman wanitanya saat dalam keadaan stres, teman wanitanya akan merasakannya dan berusaha menghiburnya, mencoba membantu menghilangkan kecemasannya, tanpa diminta. Dan upaya-upaya itu akan sangat berguna.
Bagi pria, mengungkap stres yang dimiliki berarti mempertontonkan kerentanannya, dan itu bukan sesuatu yang membuat pria gembira. Cara seperti itu bukanlah bagian dari kultur kompetitif pria.
Pria memang sering mengalami stres, tetapi menghadapinya dengan cara yang berbeda, cara yang bagi wanita mungkin terdengar menggelikan. Suatu survei yang dilakukan oleh tim peneliti dari Leeds University, Inggris, guna menyelidiki kegemaran favorit pria, yaitu minum bir seusai pulang kerja mendapati bahwa hanya 9,5 persen saja dari mereka yang benar-benar menikmati minuman itu. Sebagian besar dari mereka, yaitu 85 persen, minum untuk menghilangkan stres.
Karena itu, wanita tak perlu merasa diabaikan bila suaminya memilih mengerami persoalannya sendiri dan tidak mengungkapkan perasaannya. Cukup perhatikan saja apakah taktik yang dipakai suaminya untuk meredam stres itu berhasil atau tidak, sambil bersiap-siap mendengarkan bila terlihat ia sudah siap bicara.
Tak Ingin Terlihat Lemah Pria tidak mau mendongeng bagi anaknya di kamar tidur. Tidak mau mencuci. Selalu istrinya yang harus berinisiatif dengan bertanya ke mana mau pergi untuk liburan. Tidak mau pula mengerjakan permintaan istri untuk membereskan hal-hal sepele di seputar rumah.
Bagi istri, suami seperti itu tampak sangat malas dan tidak peduli, sehingga membuatnya jengkel. Padahal, lebih dari itu, kemungkinan besar pria itu merasa tak sanggup mengerjakan semua permintaan istri dengan baik.
Untuk diketahui saja, sebenarnya seorang pria butuh perasaan kompeten atau mampu, dan gemar memperoleh pujian atas apa yang berhasil dilakukannya dengan baik. Pria ingin merasa seperti jagoan. Bila suatu kegiatan membuat mereka merasa lemah, bodoh, tidak berdaya, mereka tak ingin melakukannya.
Karena itu, seorang istri tak perlu mengawasi dan membuntuti suaminya untuk memastikan semua yang diperintahkan benar-benar dikerjakan. Sebaliknya, hujanilah suami dengan pujian, betapa pun tampak repot upaya yang dilakukannya untuk memenuhi permintaan istri.
Pujian seperti ini perlu diupayakan dua kali lipat oleh istri saat berada di tempat tidur bersama suami.
Beda Level Mate Value Discrepancy (MVD), artinya kira-kira Kadar Kesetaraan Pasangan, merupakan suatu hal yang tidak sopan dibicarakan oleh terapis dan biro konsultasi perkawinan ternama. Untuk sederhananya saja, MVD adalah suatu upaya ilmiah untuk menguantifikasi apa yang terjadi ketika seseorang yang sangat rupawan menikah dengan seseorang yang, katakanlah, sangat kurang rupawan. Banyak pasangan yang dalam hal penampilan wajah ini levelnya hanya beda sedikit. Meski begitu, selalu saja ada yang beda levelnya njomplang.
Suatu temuan penelitian yang sangat mengusik belum lama ini mengatakan, bila pihak wanita dalam suatu pasangan suami istri jauh lebih rupawan ketimbang sang pria, wanita itu jauh lebih berkemungkinan untuk berselingkuh ketimbang bila sang pria yang jauh lebih rupawan ketimbang sang wanita. Jadi, terus terangnya saja, bila sang pria lebih rupawan, dia sebenarnya lebih bisa dipercaya ketimbang bila pihak wanita yang lebih rupawan.
Kata Dr. Persuad, dari pengalaman praktiknya, ada saja wanita-wanita yang datang mengeluhkan kekesalannya karena setelah sekian lama, ternyata pasangannya yang kurang rupawan bukanlah orang yang mereka inginkan atau dambakan.
Dalam pergaulan sehari-hari, kekesalan seperti ini pasti terkomunikasikan secara halus atau terang-terangan kepada pasangannya, sehingga membuat hubungan mereka menjadi tidak manis lagi. Dari situ, ada kemungkinan pihak pria lalu akan merasa satu-satunya cara untuk menunjukkan kerupawanannya adalah dengan berada di pelukan wanita lain.
Ingin Merasa Penting Ini mungkin juga merupakan persoalan klasik. Wanita yang sudah sedemikian berhasil membuat pria mudah merasa tertinggal. Perasaan mandiri yang besar pada wanita akan membuat pria merasa mereka tidak memiliki peran penting dalam kemajuan yang diperoleh pasangannya dalam hidup.
Hubungan yang kuat didasarkan pada perasaan dua belah pihak bahwa mereka masing-masing memiliki peran yang satu sama lain saling berpengaruh. Bila ini tidak terjadi dalam suatu perkawinan, sudah saatnya untuk menciptakan keseimbangan tersebut, sehingga tidak ada yang merasa tertinggal dalam hubungan itu.
Mau tak mau, persoalan diatas perlu diatasi secara bertahap agar terjadi penyelesaian yang menyeluruh, sehingga tidak terjadi perselingkuhan.
Akan tetapi bagaimana jika memang perselingkuhan itu tetap terjadi? Apa saja tipe perselingkuhan yang ada di muka bumi ini?
Kita harus melihat dulu dasar dari terjadinya perselingkuhan. Biasanya selingkuh adalah tanda adanya keinginan untuk perubahan. Ada sesuatu dalam diri pasangan atau dalam hubungan yang sedang dijalani, tidak sesuai dengan harapan. Dan perselingkuhan memicu perubahan tersebut. Perselingkuhan tidak melulu soal seks. Keintiman yang terjadi antara dua orang dan melanggar kepercayaan pasangannya bisa merupakan sebuah affair. Berikut tipe-tipe perselingkuhannya.
Tipe-tipe perselingkuhan Meski banyak alasan mengapa orang berselingkuh, kita bisa menggolongkan affair menjadi beberapa kategori :
The boat-rocking affair - Terjadi ketika seseorang merasa tidak puas dengan hubungannya. Perselingkuhan tanpa disadari menjadi cara untuk mengalihkan perhatian dari masalah dan membuatnya muncul ke permukaan. Affair jenis ini selalu timbul tenggelam.
The exit affair - Terjadi ketika perselingkuhan dijadikan cara untuk lepas dari sebuah hubungan. Bukannya menghadapi masalah dengan pasangannya, ia malah memilih lari dalam perselingkuhan.
The thrill affair - Sebuah hubungan yang terlarang bisa menimbulkan sensasi tersendiri, rasa deg-degan karena takut ketahuan memompa adrenalin dalam tubuh, sehingga hubungan seks yang dilakukan dengan seseorang yang baru terasa begitu menggairahkan. Perselingkuhan pun menjadi terasa romantis dan menarik. Selingkuh itu indah, begitu prinsip mereka.
The three's company affair - Sebuah affair yang berlangsung tahunan; bisa disebut juga affair berturut-turut. Ada sebagian orang yang merasa tidak bisa berkomitmen dengan satu orang, orang-orang dalam golongan ini merasa tercekik dalam hubungan monogami. Kehadiran orang ketiga bisa menjadi penyaluran dalam masalah emosi tadi.
Lalu, bagaimana cara mengatasinya? Pertama-tama, jika memang telah terjadi perselingkuhan maka masing-masing pihak harus mengelola emosinya. Dalam keadaan emosi tinggi, bukannya penyelesaian yang akan terjadi, melainkan pertengkaran yang tambah meruncing. Bila emosi dalam keadaan rendah, masing-masing pihak akan sabar dan mau mendengar secara utuh serta memahami pihak lain. Masing-masing juga mau mengungkapkan pendapat serta perasaannya tanpa menyakiti hati pihak lain.
Setelah memahami pihak lain, selanjutnya ditinjau ulang pemahaman tentang tujuan berkeluarga. Apabila tujuannya sama, misalnya membesarkan dan mendidik anak untuk menjadi manusia dewasa yang berguna, barulah didiskusikan berbagai alternatif jalan keluar dari permasalahan itu. "Satu hal yang perlu diperhatikan, jagalah kesabaran. Perubahan tidak akan terjadi seperti membalikkan telapak tangan. Bisa terjadi sebulan, berbulan-bulan, bahkan mungkin bertahun atau berpuluh tahun."
Berdasarkan pengalaman, setelah jalan keluar ditemukan, pihak yang diselingkuhi biasanya menuntut terjadi perubahan dengan cepat dan segera. Padahal, sikap itu akan membuat masalah kembali ke titik nol. Jadi, sikap sabar akan sangat, sangat membantu.
Menurut American Association for Marriage and Family Theraphy 25 persen pasangan menikah sulit mengatasi masalah ini. Tetapi dengan dukungan keluarga, teman, ahli terafi dan pengertian diantara pasangan sendiri tidak menutup kemungkinan pasnagan mengakhiri perselingkuhan untuk kembali membangun hubungan yang lebih kuat.
Berikut delapan langkah yang bisa dilakukan apabila perselingkuhaan tengah menghinggapi hubungan Anda:
* Hal terpenting yang Anda harus lakukan adalah menghentikan kebiasan buruk tersebut karena anda tidak bisa hidup dalam hubungan jika kaki sebelah Anda berada di luar pintu.
* Ingat tidak mudah mengawali hubungan setelah terjadi perselingkuhan karena itu wajar apabila jalan menuju perbaikan akan mengalami pasang surut.
* Perlu pembicaraan terbuka mengenai apa yang terjadi sehingga diketahui akar masalah untuk perbaikan di kemudian hari.
* Siap menerima tanggung jawab atas ulah yang telah dilakukan meskipun mungkin terasa tidak adil.
* Ada keinginan untuk berjanji dan membuat komitmen bahwa selingkuh tidak akan pernah terjadi kembali.
* Orang yang melakukan affair sebaiknya mengkaji alasan pribadi yang mendorong penyimpangan ini dan memikirkan apa yang perlu dirubah untuk menghindari godaan di kemudian hari.
* Sebagai langkah ke depan, keduanya perlu memiliki tanggung jawab membangun fondasi hubungan yang baru.
* Tidak ada salahnya berkonsultasi dengan ahli terapi untuk membantu mengembalikan hubungan kembali ke tracknya.
Tips untuk mencegah Perselingkuhan Terbuka - kejujuran dalah kunci untuk menghindari perselingkuhan. Saling membagi perasaan dengan pasangan dan selalu mendukung satu sama lain.
Kedekatan - buat dan pelihara keintiman baik secara emosi dan seksual dengan pasangan. Semakin dekat Anda, semakin kuat pula Anda.
Smart - jangan terjebak pada kepuasan, manusia tidak luput dari godaan.
Waspada - ketika Anda merasa tertarik pada seseorang, segera ambil jarak sebelum muncul perasaan lebih dalam.
Jaga sikap - kalau Anda merasa diri Anda mudah membuat orang tergoda ; ingatlah, kalau tidak ingin terbakar, jangan main api (berbagai sumber/RS) |