Baca Juga
Sang pembunuh itu bernama jantung koroner. Penyakit ini telah merenggut banyak jiwa manusia di dunia. Ia menjadi pembunuh terbesar, baik di Indonesia maupun di negara-negara Barat. |
Kematian akibat jantung koroner umumnya terjadi melalui sindroma koroner akut ((SKA) yang lazim disebut serangan jantung. SKA adalah sekumpulan gejala yang diakibatkan oleh terganggunya aliran darah pada pembuluh darah koroner di jantung secara akut. Gangguan pada aliran darah tersebut disebabkan oleh trombosis (pembekuan darah) yang terbentuk di dalam pembuluh sehingga menghambat aliran darah. SKA terbagi atas dua bagian yakni angina tidak stabil dan infark miokard akut. Angina tidak stabil adalah keadaan di mana pembekuan darah tidak sampai menyebabkan sumbatan total pada pembuluh darah. Sedangkan infark miokard akut terjadi jika pembekuan darah menyebabkan aliran darah tersumbat total. Gejala SKA umumnya mudah dikenali. Gejala khasnya adalah rasa nyeri di dada dan ulu hati. Bila digambarkan, rasa nyeri itu seperti terjepit, kram, rasa seperti diremas, atau rasa terbakar (angina). Rasa sakit seperti ini berlangsung terus-menerus, makin sering, dan makin berat. Misalnya, bila semula sekali sehari, menjadi tiga hingga empat kali dalam sehari, dan berlangsung lebih dari 20 menit. Serangan ini juga bisa timbul pada penderita yang sebelumnya tidak pernah mengalaminya. Rasa nyeri ini biasanya dirasakan di bagian tengah atau kiri dada, dan dapat menular ke rahang bawah, leher, bahu, lengan, dan punggung. Rasa nyeri ini biasanya disertai dengan keringat dingin dan rasa sakit di perut. Jika tidak segera ditangani, SKA bisa berakhir dengan kematian. Penanganan dini Penanganan dini menjadi faktor yang menentukan dalam mengatasi serangan jantung. Salah satu penanganan dini yang banyak dilakukan saat ini adalah primary coronary angioplasty atau intervensi tanpa operasi lewat balonisasi tanpa atau dengan stent. Penanganan ini bertujuan untuk menghindari kematian maupun kerusakan otot jantung karena keterlambatan penanganan. Primary coronary angioplasty, menurut De Boer Menko Jan MD PhD, ahli kardiologi intervensi dari Isala Clinics de Weezenlanden, Zwolle, Belanda, bertujuan untuk menangani pasien dengan serangan jantung akut. Dia menyebut, cara ini sebelumnya sudah diperkenalkan oleh Hartzler dan rekan kerjanya pada tahun 1982. Namun ketika tiga hasil penelitian yang dilakukan para kardiolog dari Heart Center Zwolle dipublikasikan oleh jurnal kedokteran internasional bergengsi, The New England Journal of Medicine pada 1993, terlihat bahwa tindakan primary coronary angioplasty memberi hasil yang sangat baik dibanding pola terapi sebelumnya. ''Faktor yang paling menentukan adalah ketepatan waktu penanganan sehingga diagnosis harus dibuat sedini mungkin,'' tuturnya saat memberikan presentasi di Rumah Sakit Cinere, Depok, beberapa waktu lalu. Menurut catatannya, dalam sepuluh tahun terakhir (1994 - 2004) jumlah kasus serangan jantung dan angka kematian pasien jantung di rumah sakit menurun drastis. Ini berarti, angka harapan hidup pada pasien jantung meningkat dan pemakaian stent dalam penanganan serangan jantung tanpa operasi juga makin banyak diterapkan. Cegah serangan jantung Berbagai penelitian menunjukkan, kebiasaan dan gaya hidup (life style) serta tingkah laku tertentu meningkatkan risiko serangan jantung. Itu berarti, jalan untuk menghindar dari seragan jantung, sang pembunuh itu, belum tertutup. Caranya, kenali faktor risiko, seperti tekanan darah tinggi, kadar kolesterol darah yang tinggi, diabetes mellitus (kencing manis), dan merokok. Riwayat keluarga, obesitas, kurang olahraga, dan stres, juga merupakan faktor risiko yang dapat mendorong terjadinya serangan jantung. Kecuali riwayat keluarga, faktor-faktor risiko itu bisa Anda kendalikan. Memang, dibutuhkan usaha dan kemauan keras. Namun jika berhasil, maka risiko serangan jantung makin menjauhi Anda. Berikut adalah beberapa tips untuk mengendalikan faktor risiko serangan jantung: * Pola hidup. Mulailah dengan memperbaiki gaya hidup dan mengendalikan faktor risiko. Langkah ini bisa mengurangi peluang terkena penyakit tersebut. * Stop merokok. Berhenti merokok merupakan target yang harus dicapai, juga hindari asap rokok dari lingkungan. Merokok menyebabkan elastisitas pembuluh darah berkurang sehingga meningkatkan pengerasan pembuluh darah arteri, juga meningkatkan pembekuan darah yang memicu penyakit jantung. Perokok memiliki peluang terkena jantung koroner dua kali lebih tinggi dibanding mereka yang bukan perokok. * Pilih makanan sehat. Ini penting, terutama yang berhubungan dengan faktor risiko. Jika Anda kelebihan berat badan misalnya, tentu Anda mesti menerapkan pola makan untuk menurunkan berat badan. Demikian pula bila Anda bermasalah dengan tekanan darah, kadar kolesterol, atau gula darah. Maka, terapkan pola makan yang sesuai dengan faktor risiko yang Anda miliki itu. * Kendalikan stres. Sedapat mungkin, kendalikan stres ke tingkat minimum karena stres berpotensi meningkatkan tekanan darah. * Lakukan check-up. Pemeriksaan kesehatan secara berkala menjadi penting karena biasanya faktor risiko serangan jantung seperti kadar kolesterol dan tekanan darah tinggi tidak menunjukkan gejala pada awalnya. |